Peduli Lingkungan, Komunitas Eco Enzyme Tomohon Perkenalkan Pengelolaan Sampah Organik

Komunitas Eco Enzyme saat menyerahkan salah satu produk olahan dari sampah organik kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tomohon. (ist)

Editor: Martsindy Rasuh


TOMOHON (Gawai.co) – Komunitas bernama Eco Enzyme Tomohon memperkenalkan bagaimana pengelolaan sampah organik, sehingga hasil pengelolaan limbah rumah tangga tersebut bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan. 

Seperti digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, pupuk maupun disinfektan. Dimana untuk kebutuhan rumah tangga seperti sabun mandi, sabun cuci, obat kumur, pengharum ruangan maupun lainnya.

Pengenalan soal pengelolaan sampah organik dimulai oleh Eco Enzyme Tomohon, Senin (10/5). Dimana untuk pertama kalinya dilakukan pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tomohon. 

Merry Montolalu selaku pimpinan komunitas ini menjelaskan bahwa pihaknya tertarik dengan pengelolaan limbah ini setelah melihat persoalan sampah masih menjadi permasalahan di Indonesia pada umumnya dan khususnya Sulawesi Utara. Karena 70 persen sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sampah organik. 

“Dimana sampah organik bisa menimbulkan pencemaran lingkungan seperti bau tidak sedap di lingkungan sekitar TPA,” ungkapnya.

Sehingga perlu dilakukan langkah pengurangan tingkat daur ulang plastik dan pembusukan. Karena hal itu bisa berakibat menghasilkan gas metana yang memberi resiko terjadinya ledakan juga pemanasan global. 

“Tidak banyak orang mengetahui bahwa sampah organik atau sisa sayuran dan buah yang belum diolah dapat dijadikan Eco Enzyme. Padahal sampah rumah tangga memiliki segudang manfaat bagi lingkungan,” jelas Montolalu yang juga alumnus doktoral pada Institut Pertanian Bogor. 

Hal itupun menurut Montolalu yang melatar belakangi dirinya bersama Marcita Ticoalu, Meyta Maringka, Irene Lensun dan Rivana Killis melihat persoalan sampah dan keperdulian akan lingkungan lewat Komunitas Eco Enzyme Tomohon.

Lanjut mantan punggawa Panwascam Tomohon Selatan ini bahwa dalam sosialisasi itu pihaknya bukan saja memperkenalkan, melainkan pula memperlihatkan secara langsung bagaimana membuat Eco Enzyme yang hasil akhirnya adalah cairan serbaguna.

Dimana pembuatannya sangat mudah, yaitu dengan perbandingan 1 : 3 : 10 (1 untuk gula merah tebu, 3 sampah/bahan organik dan 10 liter air) dicampur dalam wadah. Lalu ditutup untuk proses fermentasi selama 3 bulan, setelah itu dipanen dan sudah bisa digunakan sebagai cairan disinfektan, hand sanitizer, pupuk organik cair dan berbagai manfaat lainnya.

Ibu dari dua orang putra ini pun mengatakan jika penerapan yang sudah dilakukan di Tomohon belum optimal. Buktinya, masih banyak sampah organik yang dihasilkan rumahan ditemukan di TPA. 

“Diharapkan dengan adanya sosialisasi pertama di DLH Kota Tomohon ini, kedepan dapat bekerjasama untuk menangani sampah organik,” sebutnya.

Agar nantinya kedepan semakin bertambah masyarakat sadar terhadap lingkungan dengan memanfaatkan bahan yang bisa digunakan untuk hal positif. “Hal itu tentu sebagai wujud kepedulian lingkungan, bukan hanya untuk kita saat ini tetapi generasi selanjutnya,” tegasnya. 

“Mari mulai dari diri kita sendiri. Yakni dari rumah kita untuk masa depan yang lebih baik,” tandas Montolalu yang juga bergerak di bidang konsultan lingkungan hidup. (Martsindy Rasuh)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *